’Jangan panggil aku kakak’
Sial, aku dibuat malu oleh
mereka.
Ya, mungkin mereka lebih tua,
tapi untuk kapasitas umur, aku tidak sepakat mereka itu pantas dihormati.
Membodoh-bodohi seolah dia yang paling pintar. Hey look at yourself !! kamu
udah sukses? IPK kamu berapa? Prestasi kamu apa? Aduhhh . . kosong kan . .tapi
satu yang kamu patut banggakan. Kamu punya ketidakmaluan yang pantas dapat
pujian.
Sebuah bentuk keterpurukan posisi
sebagai orang paling bungsu di kasta himpunan ini, ,ya, semua kembali terlintas saat aku melihat adik-adik
dibawahku. . apa yang kini alami adalah episode-episode tolol yang seharusnya
tidak hadir dalam skenario kuliah yang aku juga tidak paham fungsi dari
naskah-naskah yang mereka hafal.
Bentak sana, bentak sini, suruh
sana, suruh sini, diteriaki, dibilang bodoh, dibilang bangkang. Semua bentuk
penindasan mental yang diterima. Melawan? Haahh. . .sebagai penduduk kasta
terendah, apa daya yang kita punya? Hanya menambah penderitaan saja, ini saja
sudah tidak tahan, jangan lagi ditambah.
Dua tahun aku menyerap semua
kebodohan yang sebenarnya adalah non sense berbau pelatihan mental. Mereka
bilang apa yang mereka lakukan adalah bentuk pendidikan agar kami (orang-orang
baru. Red) mengerti cara menghormati dan bertata krama. Gilaaaa...tata krama??
Kamu mentolol-tolol kan, mengupat dan menyuruh kami melakukan hal-hal bodoh
seperti itu. Dimana esensi tata krama nya?? Ini lebih mengental kearah proses
pembentukan dendam berkepanjangan didalam hati.
Yupz, mungkin aku juga ikut
menambah dosa, karena aku pun ikut mengupat mereka, itu tulus koq dari hati,
ya, aku mengupatnya. Aku mengupat mereka walau sembunyi-sembunyi, karena andai
aku jadi mereka, yang akan ku ucapkan adalah ‘Jangan panggil aku kakak’.
Komentar
Posting Komentar