Sustainable Leadership Idea 'Mahfuz Ahmadi Jk, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan'


A.      LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman hewani terbesar dunia.  Keragamanan ini terlihat pada sektor peternakan masyarakat Indonesia. Sektor-sektor peternakan di Indonesia ini meliputi  ternak unggas, ruminasia besar, ruminansia kecil, dan juga aneka ternak. Potensi ternak yang ada dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ternak adalah hewan piaraan yang dalam kehidupan yang baik mengenai tempat perkembang biakan serta manfaanya diatur dan di awasi manusia serta di pelihara  khusus sebagai bahan-bahan dan jasa yang berguna bagi kepentingan manusia (Reksohadiprodjo, 1995). Sektor-sektor tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan seperti halnya perkembangan ruminansia besar. Ruminansia besar ini meliputi sapi dan kerbau . Sapi merupakan hewan ternak yang diternakkan untuk diambil daging dan susu. Selain itu sapi juga menghasilkan ikutan. Seekor atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan manusia, terutama bahan makanan berupa daging dan susu, disamping juga hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit dan tulang.

 Limbah peternakan seperti feses, urin beserta sisa pakan ternak sapi merupakan salah satu sumber bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas. Namun di sisi lain perkembangan atau pertumbuhan industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan seperti menumpuknya limbah peternakan termasuknya didalamnya limbah peternakan sapi. Limbah ini menjadi polutan karena dekomposisi kotoran ternak berupa BOD dan COD(Biological/Chemical Oxygen Demand).Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas alam (Houdkova et.al., 2008).Biogas yang terbentuk dapat dijadikan bahan bakar karena mengandung gas metan (CH4) dalam persentase yang cukup tinggi. Sebagai pembangkit tenaga listrik, energi yang dihasilkan oleh biogas setara dengan 60 – 100 watt lampu selama 6 jam penerangan. Kesetaraan biogas dibandingkan dengan bahan bakar lain.
                  
 Energi biogas sangat potensial untuk dikembangkan kerena produksi biogas peternakan ditunjang oleh kondisi yang kondusif dari perkembangkan dunia peternakan sapi di Indonesia saat ini. Disamping itu, kenaikan tarif listrik, kenaikan harga LPG (Liquefied Petroleum Gas), premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel dan minyak bakar telah mendorong pengembangan sumber energi elternatif yang murah, berkelanjutan dan ramah lingkungan (Nurha sanahdkk., 2006). Pemanfaatan limbah peternakan khususnya kotoran ternak sapi menjadi biogas mendukung konsep zero waste Terlebih lagi melihat kondisi masyarakat yang mengerti tentang pengaplikasian dan pembuatan biogas, sehingga limbah feses menjadi sangat mengganggu ketika tidak dapat dimanfaatkan maka dari itu diharapkan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat dicapai.

B.      PERUMUSAN MASALAH

Adapun perumusan masalah dari kegiatan social project ini  adalah :
1. Apakah masyarakat dapat memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan bakar alternatif?
2. Apakah masyarakat mau mengadopsi energi alternatif berupa biogas dari kotoran sapi melalui teknik penyuluhan sehingga terbentuk suatu Kampung Ternak Hemat Energi?
3. Apakah masyarakat dapat memanajemen peternakan berbasis koperasi dan kelompok ternak yang kami usulkan?
4. Apakah masyarakat nanti dapat memaksimalkan materi-materi peternakan yang disampaikan dalam penyuluhan?

C.      KERANGKA PEMIKIRAN

      Dengan kemajuan teknologi saat ini, tentunya akan mempermudah dalam setiap hal yang akan dilaksanakan, termasuk dalam kegiatan beternak, mulai dari mempermudah pelaksanaan sampai peningkatan keuntungan. Salah satu teknologi yang saat ini tengah digalakan oleh pemerintah adalah konsep zero waste melalui program pembuatan instalasi biogas. Jadi, selain dapat mengurangi limbah feses yang tidak termanfaatkan, biogas dapat menghasilkan gas alternatif serupa LPG yang dapat digunakan untuk memasak dan sebagainya. Namun, tidak semua teknologi tersebut sampai kepada seluruh elemen, termasuk masyarakat pedesaan.   

     Desa tanjung pering yang sebagian besar berprofesi sebagai peternak sapi dalam jumlah besar menjadi salah satu desa yang potensial sebagai desa percontohan dalam pengaplikasian instalasi biogas. Selain selama ini para peternak sering meliarkan sapi-sapi nya yang tentunya mengganggu lingkungan, pengetahuan para peternak memang sangat minim sehingga sangat butuh perhatian dari penyuluh-penyuluh peternakan agar ilmu-ilmu yang seharusnya dapat dipakai oleh peternak pedesaan dapat termaksimalkan oleh para peternak.   Selain ilmu-ilmu peternakan, harus ada sebuah konsep yang dapat mengorganisasikan para peternak sehingga para peternak dapat lebih mudah dalam hal-hal terkait kebutuhan administrasi menyangkut kebutuhan-kebutuhan kegiatan beternak karena selama ini peternak Desa Tanjung Pering masih sangat kesulitan dalam mendapatkan kebutuhan seperti obat-obatan dan sebagainya. Jadi lewat kegiatan ini, selain untuk meingkatkan pengetahuan para peternak dalam pengaplikasian teknologi beternak, para peternak akan lebih mudah dalam pemenuhan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang tentunya dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan para peternak nantinya.


D.     PROFIL DAERAH TARGET

     Kondisi masyarakat, kondisi geografis, budaya dan kondisi ekonomi Dusun III Desa tanjung pering merupakan salah satu desa di kecamatan Indralaya utara, kabupaten Ogan ilir, Sumatera Selatan. Desa tanjung pering terletak dekat dengan kawasan Universitas Sriwijaya. Dengan jumlah penduduk kurang lebih 629 jiwa yang terbagi dalam 3 dusun.  Dimana sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai peternak dengan kondisi ekonomi yang bisa dikatakan masih sangat kurang karena keterbatasan ilmu dan manajemen, selain itu kebiasaan para peternak yang sering menjual ternak-ternak yang sebaiknya tidak dijual seperti betina bunting sehingga keuntungan dari usah peternakan yang mereka laksanakan tidak begitu menguntungkan.
     
      Berdasarkan hasil survey yang pernah kami lakukan Dusun III Desa Tanjung pering memiliki sekitar 9 orang peternak yang rata- rata memiliki ± 20 ekor sapi. Melihat kondisi ini, perlu ada perhatian khusus kepada para peternak agar dapat memajemen usaha ternak mereka sehingga dapat menghasilkan pemasukan yang lebih besar dan menguntungkan Selama ini, para peternak desa tanjung pering terbiasa memelihara ternak secara ekstensif, artinya sapi-sapi tersebut diliarkan untuk mencari makan sendiri dan dikandangkan kembali pada malam hari nya. Yang menjadi permasalahan adalah kebiasan peternakan seperti ini tentu saja melanggar aturan yang pernah di buat oleh pemerintah daerah tentang larangan meliarkan ternak, dimana selama ini ternak sapi mereka sering memasuki wilayah kampus yang tentunya mengganggu lingkungan sekitar kampus.

  -  Dampak (manfaat) sosial dan lingkungan jika proyek ini dijalankan 
   Dengan metode penyuluhan yang nantinya dilaksanakan, dilanjutkan dengan praktek langsung mengenai metode pembuatan biogas, inseminasi buatan dsb diharapkan memberikan dampak yang positif dimana masyarakat/ peternak tanjung pering dapat memanajemen usaha peternakan mereka dengan lebih baik sehingga hasil yang didapat akan lebih menguntungkan, selain itu konsep daripada koperasi peternakan nantinya dapat menambah pemasukan bagi peternak selain dari energi alternatif yang lebih murah, peternak juga bisa memperoleh uang dari hasil penjualan feses ke koperasi yang nantinya feses itulah yang nantinya dipakai untuk mensuplai biogas ke rumah-rumah warga serta koperasi ini diharapkan dapat memfasilitasi untuk kemudahan keperluan peternak seperti obat-obatan dan lain sebagainya.

    Selain itu proyek ini nantinya juga memberikan dampak posotif terhadap lingkungan, karena sapi-sapi peternak yang berkeliaran disekitar kampus dimana kotoran-kotoran dari sapi yang selama ini mengganggu tidak aka nada lagi karena para peternak diharapkan dapat beralaih ke konsep intensif/semi ektensif  dimana ternak akan dikandangkan dan tidak diliarkan secara sembarangan. 


RENCANA AKSI
-          Deskripsi program yang akan dijalankan
Social project ini terdiri dari beberapa komponen pelaksanaan :
1. Mahasiswa dibantu dengan dosen ahli serta pejabat desa terkait akan melakukan pertemuan dengan para peternak untuk membahas konsep ‘Kampung Ternak’.
2. Selanjutnya, kami akan memberikan beberapa penyuluhan dan simulasi terkait ilmu-ilmu peternakan yang diharapakan dapat diaplikasikan oleh para peternak. Materi- materi yang akan disampaikan adalah sebagai berikut :

·    Usaha peternakan rakyat
Materi berupa konsep-konsep manaejemen usaha peternakan yang diharapakan dapat meningkatkan pemasukan bagi para peternak.
·    Pembuatan biogas
Mengenai konsep energi alternatif yang sedang digalakkan oleh pemerintah untuk mendukung konsep zero waste.
·    Sistem pemeliharaan.
Berupa tehnik pemeliharaan ternak yang dapat meningkatkan hasil produksi dan penekanan pengeluaran.
·    Manjemen pakan.
Pemanfaatan bahan dan limbah di sekitaran lingkungan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak nantinya.
·    Inseminasi buatan
Berupa materi dan simulasi tentang metode kawin suntik yang dapat memepercepat kebuntingan dan perbaikan bibit. Yang nantinya diharapkan dapat dilakukan oleh para peternak tanjung pering.
3.  Pembentukan koperasi peternakan yang akan dikelola oleh masyarakat tanjung pering dibawah binaan dosen dan Instansi pedesaan, yang diharapkan dapat diresmikan oleh pemerintah setempat sehinggga menjadi badan koperasi yang resmi . Sistem yang dipakai di koperasi ini adalah, konsep ‘Dari peternak untuk masyarakat’. Jadi peternak dapat menjual kotoran/ limbah feses dari sapi ke koperasi dengan kesepakatan harga yang nantinya disepakati oleh sesame peternak. Feses inilah nanti yang dipakai oleh koperasi untuk mensuplai energy biogas ke rumah-rumah warga. Untuk tahap awal energy yang dihasilkan berupa gas rumah tangga yang bias digunakan sebagai pengganti LPG, jadi masyarakat akan mendapatkan energi rumah tangga yang lebih murah disbanding gaas LPG yang semakin mahal.
4.   Pemasangan instalasi biogas di beberapa titik di desa tanjung pering, dimana Instalasi ini dapat mensuplai energy dari biogas ke beberapa rumah, (1 instalasi mensuplai ± 6 rumah.  Yang seterusnya nanti akan dikelola oleh koperasi bersama para peternak desa Tanjung pering.

-     Manajemen SDM
Proyek ini akan melibatkan semua pihak mulai dari instansi pengurus desa, peternak dan masyarakat. Dengan dibentuknya koperasi peternakan ini nantinya pengorganisasian oleh para peternak dapat memberikan dampak positif.
Jadi ada beberapa peternak dibantu tokoh masyarakat yang akan bertugas sebagai pengelola koperasi.  Dengan bagan kepengurusan yang terdiri dari :

·        Pembina         : Kepala desa, Dosen ahli
·        Ketua 
·        Sekretaris
·        Bendahara
·        Dan staff pengelola instalasi biogas
 
E.      RENCANA ANGGARAN
a.      Sosialisasi dalam bentuk penyuluhan ke peternak atau masyarakat
No.
Bahan dan alat
Volume
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1.       
Banner ukuran 4 x 1 m
1 buah
40.000
160.000,-
2.       
Sewa LCD
5 kali
120.000
600.000,-
3.       
Sewa Sound system
1 buah
100.000
100.000,-
4.       
Dokumentasi
1 kegiatan
150.000
150.000,-



Sub total
Rp1.010.000,-

b.      Pembuatan biogas sebagai rancangan sample.
Unit pembuatan :
No.
Bahan dan alat
Volume
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1.       
Plastik polientilen lebar 1 m 1 rol
1 m lebar 2rol
  240.000
    480.000,-
2.       
Pipa PVC 1,5 inci
3 buah
          18.000
      54.000,-
3.       
Pipa PVC 3 inci
3 buah
   22.000
      66.000,-
4.       
Lem PVC, 3 tube
3 buah
23.000
      69.000,-
5.       
Lem ban        
2 buah
7.000
         14.000,-
6.       
Keran Gas
1 buah
  35.000
       35.000,-
7.       
Selang plastic 1,5inci,
20 m
42.000
       84.000,-
8.       
Sambungan pipa T,
3 pasang            
     4.500
          13.500,-
9.       
Shock Drat pipa,
3 pasang
7.000
        21.000,-
10.   
Tali karet ban dalam,
3 helai            
4.000
          12.000,-
11.   
Kompor gas, 
1 buah
400.000
       400.000,-
12.   
Semen
3 sak
90.000
       360.000,-
13.   
Batu bata
300 buah
1.000
      300.000,-
14.   
Kantong plastic
5 buah
6.000
       30.000,-



Sub total
Rp.1.938.500,-


c.      Pelatihan Inseminasi buatan
No.
Uraian
Volume
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1.       
 Perlengkapan Inseminasi
1 paket
400.000
400.000,-



Sub total
Rp. 400.000,-

d.     Lain-lain
No.
Uraian
Volume
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1.       
ATK
1 kegiatan
250.000
   250.000,-
2.       
Pembuatan undangan, laporan dan penggandaan
10 kali kegiatan
75.000
750.000,-



Sub total
Rp1.000.000,-

Rekapitulasi :
1.      Sosialisasi dalam bentuk penyuluhan ke peternak            : Rp. 1.010.000,-
2.      Pembuatan Biogas                                                                 :  Rp. 1.938.500,-
3.      Pelatihan inseminasi buatan                                                 :  Rp.    400.000,-
4.      Lain-lain                                                                                  :  Rp. 1.000.000,-
Total dana yang dikeluarkan                                                :  Rp. 4.348..500,-

Terbilang Empat juta tiga ratus empat puluh delapan ribu lima ratus rupiah.

F.      TIME LINE PROYEK
Proyek ini akan dilaksanakan pada tanggal 22 september 2013





G.      ANALISIS SWOT
Strength
Weaknesses
1. Kepala Desa sangat setuju dengan proyek ini.
2. Sebagian masyarakat yang Pro dengan proyek ini.
3. Tersedianya dana dari pemerintah untuk desa yang memang khusus untuk dalam bidang petrnakan dan aplikasi gerakan biogas nsional.
4. Dosen yang ikut mendukung proyek kemasyarakatan.
5. Lokasi dekat dari kampus jadi mudah melakukan kontrol.
1. Kebiasaan masyarakat untuk meliarkan sapi-sapinya, jadi butuh pendekatan yang intensif untuk merubah pola pikir peternakan..
2. Sebagian masyarakat yang kontra dengan proyek tersebut.
3. Butuh waktu yang cukup lama dan motivasi tinggi agar masyarakat mau menerapkannya.
Opportunities
Threats
1. Jumlah sapi-sapi peternak yang memadai untuk menerapkan system biogas terorganisir.
2. Daya tarik para peternak.
3. Peternak dan masyarakat sekitar sama-sama diuntungkan, satu sisi peternak akan hemat energy, satu sisi lingkungan masyarakat akan lebih terjaga dari kotoran-kotoran sapi yang tidak termanfaatkan.
1. Berkurangnya komitmen masyarakat untuk melanjutkan proyek tersebut khusunya dalam suplai feses yang rutin.
2. Sumber dana yang kemungkinan akan berkurang.
3. Pola pikir masyrakat yang bisa kembali ke kebiasaan lama untuk meliarkan sapi-sapi mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Modernisasi Gula Puan Sebagai Olahan Susu Kerbau Pampangan Melalui Pendekatan Budaya dan Kearifan Lokal.

Daftar Perusahaan Peternakan di Indonesia

Chapter I, Australia I'm Coming . . !!